Keagunganku Jawa, Kebanggaanku Indonesia.



Sebagai wanita yang terlahir di negeri Hebat akan budaya & keanekaragaman suku /adat, perkenankan akuw tuk mengajak kalian mengenal sedikit cerita tentang Tanah kelahiran orang tuaku yakni, Yogyakarta.
Check it out…
Tradisi tiap daerah merupakan salah satu peninggalan sejarah yang kaya akan makna dan unik, Khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Dimana bagiannya pernah menjadi pusat kerajaan Mataram Hindu antara Tahun 1575-1640. Kerajaan ini memilki kemakmuran dan peradaban yang luar biasa hingga mampu membangun candi-candi kuno bertekstur megah diantaranya ;Candi Prambanan & Candi Borobudur. Pada abad ke -10, kerajaan tersebut pindah pusat permerintahannya ke jawa timur sehingga lambat laun, wilayah tsb menjadi hutan lebat.
Enam abad kemudian wilayah tsb dikuasi kesultanan Pajang yg berpusat diJawa Tengah. Sultan Hadiwijaya yang berkuasa saat itu menghadiahi Ki Gede Pemanahan atas keberhasilannya menaklukan musuh kerajaan berupa alas Mentoak (alas=hutan), sebuah hutan yang merupakan bekas kerajaan Mataram Hindu dahulu. Keluarga Ki Gede membangun desa di wilayah tsb dan sejak diperintah oleh putranya bergelar Senapati Ingalaga, perlahan berubah desa kecil menjadi kota besar makmur, hingga disebut KotaGede.
Tahun 1601 Raja pertama Mataram islam bergelar Panembahan ini wafat setelah memperluas kekuasaan hingga Pasuruan & dimakamkan di KotaGede dekat makam ayahnya. Puncak kejayaannya menguasai seluruh jawa (kecuali banten & Batavia) saat Raja ke-3 yakni Sultan Agung (cucu Panembahan) memerintah & pusat kerjaan dipindahkan ke karta (deket plered). Sejak itu, berakhirlah era KotaGede sebagai pusat kerajaan Mataram islam. Kini, KotaGede menjadi pusat kerajinan perak.
Naah, nggak heran kan kalo hingga sekarang Yogyakarta disebut daerah Istimewa dengan pemerintahan wilayahnya masih penerus kerajaan dan adat istiadatnya masih sangat kental berikut daerah2 yang sakral dan masih terjaga keasriannya. Tak ketinggalan tradisi pernikahannya, dengan beberapa urutan-urutan prosesnya serta busana yang penuh keagungan bak raja & ratu. Macam-macam riasannya pun berbeda ditiap prosesi. Kita pelajari yuuk lebih dalam…

Tata urutan Pernkahan gaya Yogyakarta
1.          NONTONI
          Proses mencari tahu bibit, bebet,bobot, asal-usul & latarbelakang calon mempelai serta untuk mengetahui apakah si calon sudah ada yang mengikat / atau masih sendiri. Tapi, karena sekarang dah bukan zaman sebelum masehi dan peradaban semakin modern, cenderung calon pengantin sudah saling kenal , tidak dijodohkan lagi meski begitu, Orangtua tetap memiliki peranan penting dalam merestui hubungan mempelai yaah… :D


2.          LAMARAN
          Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Mereka membawa oleh-oleh yang telah diletakan dan dibawa oleh dua orang pria. Makanan yang dibawa biasanya terbuat dari beras ketan seperti jadah, wajik, rengginang, pisang raja, gula, teh, lauk-pauk dan masih banyak lagi. Makanan dari ketan mengandung makna agar kelak kedua mempelai tetap rukun, kekal dan pliket (lengket) satu sama lain, serta hubungan kedua besan juga tetap akrab.


3.          JAWABAN
         Jika lamaran diterima, maka pihak orangtua calon mempelai wanita mengirimkan utusan untuk memberikan jawaban atas lamaran dari pihak calon mempelai pria. Setelah ada kesepakatan waktu dari kedua belah pihak, utusan tersebut datang dan memberikan jawaban bahwa lamaran si pria diterima. Utusan tersebut membawa oleh-oleh sebagai balasan untuk mempererat persaudaraan. Setelah lamaran diterima, kedua belah pihak sama-sama merundingkan hari, tanggal dan waktu dilaksanakan peningsetan.


4.          PENINGSETAN
        Peningsetan mengandung arti bahwa kedua belah pihak bersepakat untuk menjadi besan atau bersedia untuk menjadi calon menantu. Kata peningsetan berasal dari kata peningset yang artinya pengikat.
     Dulu proses Lamaran-jawaban-Peningsetan memiliki jarak waktu namun, orde gini calon mempelai sudah bisa memilih, mencari & saling kenal terlebih dahulu biasanya justru sipasangan menjadi portal antara 2keluarga untuk menginfokan kapan hendak dilamar gicuu… Jadi prosesnya bisa dilakukan dalam satu deeeh…. :D


5.          UPACARA TARUB
          Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi. Perlengkapan utama yang dibutuhkan dalam tarub adalah tuwuhan (hiasan dari dua pohon pisang yang sedang berbuah, kelapa gading, untaian padi, tebu wulung, daun beringin, dan daun dadap srep. Setelah selesai, dilanjutkan dengan pemasangan bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa untuk menutupi rumah yang ada tutup keyongnya (rumah berbentuk limasan/runcing dengan lubang berbentuk segitiga di bawahnya). Penasangan bleketepe bertujuan untuk menolak bala. Tak lupa sajen tarub yang dimakan bersama setelah pemasangan tarub, tuwuhan dan bleketepe selesai. Menurut tradisi jawa, pemasangan tarub beserta tuwuhan dan bleketepe dilaksanakan berdasarkan perhitungan waktu, hari dan tanggal yang cermat. Pelaksanaannya biasanya bersamaan dengan berlangsungnya upacara siraman, hanya waktunya saja yang berbeda. Misalnya, jika pasang tarub dilakukan pukul 09.00, upacara siraman dilakukan pukul 16.00.
          Sampai sekarang, orang tuaku masih memperhitungkan hari baik untuk 2 calon pengantin kok … J


6.          UPACARA NYANTRI
          Dahulu, diadakan pula upacara nyantri yang dilakukan 1-3 hari sebelum acara ijab. Calon mempelai pria diserahkan kepada orangtua calon mempelai wanita. Kemudian calon mempelai pria dititipkan di rumah salah satu saudara atau tetangga keluarga calon mempelai wanita. Nyantri dilakukan untuk menghindari terjadinya pindah wutah atau calon mempelai pria tidak datang pada hari pernikahan.
          (Naah loo…. Laki-lakinya dipingit biar ga kabuuur…..hahaha adit tak rantai aajaach :P) 

        ξ\(ˇˇ)/ξ



7.          UPACARA SIRAMAN
          Upacara siraman dilaksanakan satu hari sebelum upacara ijab. Kata siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Jika dahulu upacara siraman dilakukan pagi hari sekitar pukul 10.00, sekarang ini upacara tersebut dilakukan sore sekitar pukul 16.00. Tujuannya supaya bisa langsung dilanjutkan dengan upacara midodareni. Proses ini termasuk proses mengharukan temen-temen soalnya, Orangtua terakhir kali secara bergantian memandikan putri kesayangan sebelum hendak dinikahi. Dan air yang dipakai terdiri dari 7 sumur dan 7 aneka kembang yang berbeda.

8.          UPACARA NGERIK
          Upacara ngerik yaitu menghilangkan wulu kalong (bulu-bulu halus) yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya. Upacara ini bertujuan agar calon pengantin sungguh-sungguh bersih lahir dan batin, serta sebagai simbol membuang sebel (sial).
          (Waduuh rambutku kan tipiiis hiks….. ;( )



9.          UPACARA MIDODARENI
          Upacara midodareni dilaksanakan pada sore hari menjelang akad sekitar pukul 18.00 sampai pukul 24.00 usai siraman dan ngerik. Calon pengantin putri tidak diperkenankan tidur dan keluar dari kamar pengantin. Calon pengantin mengadakan tirakatan, didampingi orangtua dan para sesepuh. Tirakatan bertujuan agar calon pengantin berlaku prihatin dan berlatih mengendalikan diri, diiringi permohonan kepada Tuhan agar melimpahkan anuerah-Nya, sambil menunggu turunnya Sang Bidadari yang cantik dan tinggal di kahyangan, tepat pukul 24.00.
          (believe it or not, its happens till now. berasa jadi yang paling cantiik deh pokoknya… )




10.      UPACARA IJAB QABUL
          Keesokan harinya baru dilakukan upacara ijab atau akad nikah. Dengan dilaksanakannya ijab, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.

          (Persiapan nabung bertahun-tahun, persiapan lamaran Cuma bbrp bulan dari saling kenal, jarak lamaran & akad cukup 5 bulan. Ijab-qabulnya ga lebih dari lima menit…. Huaaaaaaaaaa  ………)



11.      UPACARA PANGGIH PENGANTEN
          Upacara panggih merupakan puncak dari rangkaian upacara adat perkawinan. Rangkaian acara yang ada dalam upacara panggih meliputi

·            Penyerahan sanggan yang lazim disebut tebusan

Arti Nominal :
Buah pisang raja yang diletakkan di nampan yang dihias dengan daun pisang, yang kemudian diserahkan oleh pihak pengantin pria kepada pihak pengantin wanita. Yang terdiri dari: buah pisang raja satu tangkep, suruh ayu, gambir, kembang telon, dan lawe wenang.

Makna :
Pisang sanggan terdiri dari dua kata yaitu pisang dan sanggan. Pisang mengandung arti “jenis buah-buahan” dan sanggan yang berarti “segala hal untuk menyangga” (Poerwadarminta, 1939:543). Sanggan pada umumnya dikenal dengan tebusan. Suruh ayu, berasal dari dua kata suruh berarti “daun sirih” dan ayu berarti “cantik”. Daun sirih harus dalam kondisi yang baik, mengandung maksud daunnya masih utuh dan segar. Suruh ayu mempunyai makna simbolis ketika menjadi pengantin, hendaknya terlihat segar dan menarik. Segar dan menarik menyimbolkan kebahagiaan. Daun sirih yang digunakan harus yang temu ros “bertemu ruasnya” hal ini melambangkan bahwa sepasang pengantin dipertemukan dahulu. Gambir merupakan kelengkapan dalam menginang, gambir digunakan supaya rasanya semakin mantap. Makna simbolik penggunaan gambir dalam upacara panggih melambangkan kemantapan. Orang yang sudah siap untuk menikah berarti sudah mantap dengan pilihannya. Kembang telon terdiri dari tiga macam bunga terpilih diantara bunga yang lain, yaitu mawar, melati dan kantil. Dipilih tiga macam bunga tersebut mempunyai makna simbolik bahwa ketiga bunga tersebut merupakan bunga yang menjadi raja di taman. Nama bunga ini jika dikeratabasakan menjadi “apa kang binawar (mawar) saking kedaling lathi (mlathi) bisa kumanthil-kanthil ing wardaya”. Artinya “apa yang dinasihatkan oleh orang tua hendaknya selalu dapat diingat oleh calon mempelai”. Lawe wenang, terdiri dari dua kata lawe berarti benang lembut yang akan ditenun (Poerwadarminta, 1939:263). Wenang berarti “bisa atau dapat” (Poerwadarminta, 1939: 660). Lawe wenang merupakan uba rampe pisang sanggan dalam upacara panggih. Lawe wenang digunakan untuk mengikat lintingan daun sirih. Ikatan lawe wenang ini mempunyai makna simbolik ikatan pernikahan. Dipilih benang yang berwarna putih mempunyai makna simbolik suci. Lawe wenang mempunyai makna simbolik bahwa pernikahan merupakan merupakan ikatan yang lembut dan suci.


·            Keluarnya mempelai wanita dari kamar pengantin yang didahului kembar mayang,
          Kembar  mayang adalah dua buah rangkaian hiasan yang terdiri dari dedaunan terutama daun kelapa, yang ditancapkan ke sebuah batang pisang yang daun tersebut dirangkai dalam bentuk gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung. Selain itu juga terdapat daun beringin, daun dadap srep, dlingo bengle.
 Makna;
Makna simbolik dari kepyok kembar mayang ini adalah membuang sial pada pengantin pria. Kembar mayang adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari dedaunan terutama daun kelapa, yang ditancapkan ke sebuah batang pisang. Kembar mayang ini berasal dari cerita wayang kulit, hiasan kembar mayang adalah kehendak dari Sri Kresna pada waktu pernikahan agung antara sembadra, adik Sri Kresna dengan Harjuna dari keluarga Pandawa. Kembar mayang ini sungguh suatu hiasan yang sangat elok yang mempunyai arti simbolis yang luas.

Bentuknya yang seperti gunung memberikan arti bahwa gunung itu tinggi dan besar, maksudnya seorang pria itu harus mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman dan harus sabar.
Bentuk hiasan seperti keris, artinya supaya pasangan itu berhati-hati dalam hidupnya, pandai dan bijak.
Bentuk hiasan seperti pecut, mengandung maksud supaya pasangan itu tidak mudah putus asa, harus selalu optimis dan dengan ketetapan hati membina kehidupan yang baik.
Bentuk hiasan seperti payung, dimaksudkan supaya mereka menjadi pelindung keluarga dan masyarakat.
Bentuk hiasan seperti belalang, supaya mereka bersemangat, cepat dalam berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan keluarga.
Bentuk hiasan seperti burung, supaya mereka mempunyai motivasi yang tinggi dalam hidupnya.

          Daun beringin supaya mereka melindungi keluarga dan orang lain, daun kruton dimaksudkan supaya terlepas dari godaan makhluk-makhluk jahat, daun dadap srep supaya keluarga itu selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam menghadapi berbagai macam masalah, dlingo bengle dimaksudkan untuk melindungi diri dari gangguan roh-roh jahat.
         Kesimpulannya, upacara ini melambangkan perjalanan hidup kedua mempelai lancar tidak menemui halangan dan rintangan sehingga cepat mencapai kebahagiaan hidup. Selain itu juga melambangkan bahwa seorang pria itu harus mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman serta harus sabar, kedua mempelai juga diharapkan berhati-hati dalam hidupnya, pandai dan bijak, kedua mempelai diharapkan tidak mudah putus asa, harus selalu optimis dan dengan ketetapan hati membina kehidupan yang baik, kedua mempelai diharapkan menjadi pelindung keluarga dan masyarakat, kedua mempelai juga diharapkan bersemangat, cepat dalam berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan keluarga, kedua mempelai juga diharapkan mempunyai motivasi tinggi dalam hidupnya, kedua mempelai juga diharapkan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam menghadapai berbagai macam masalah, selain itu juga diharapkan mempelai bisa melindungi diri dan terlepas dari godaan makhluk-makhluk jahat.

·            Lempar sirih atau balang-balangan suruh
          Pengantin pria dan pengantin wanita saling melemparkan tujuh ikat daun sirih yang diisi dengan kapur sirih dan diikat dengan benang putih. Untuk pria berjumlah 4 ikat dan wanita 3 ikat, pria dulu yang melempar.

 Makna :
          Melambangkan ikatan dan kejernihan pikiran. Balangan berarti ‘melempar’ , sedangkan gantal berarti ‘daun sirih yang sudah diikat dengan benang’. Suruh yang diikat dengan benang sebagai lambang perjodohan dan telah diikat dengan tali suci. Selain itu juga melambangkan suatu perwujudan perkenalan pertama antara calon suami dan calon istri.

·            Wijikan dan memecah telur.
          Pengantin wanita membasuh kaki pengantin pria. Perlengkapan yang dipakai yaitu ranupada yang terdiri gayung, bokor, baki, bunga sritaman dan telur. Pemaes mengambil telur ayam yang kemudian disentuhkan di dahi pengantin laki-laki dahulu kemudian pengantin perempuan, lalu dibanting di ranupada.
Makna :
Ranupada berarti ‘tempat mencuci kaki’, ranupada mempunyai makna simbolik sebagai tanda bakti istri pada suami. Gayung dipakai pengantin wanita untuk mengambil air dari bokor, melambangkan supaya istri diberi kemudahan untuk melayani suami. Bokor dipakai pada saat upacara wijikan sebagai tempat air bunga setaman. Dipilih bokor karena pada jaman dahulu bokor merupakan tempat air. Bokor terbuat dari tembaga atau logam yang kuat, maka dari itu bokor tidak mudah bocor. Bokor mempunyai makna simbolik kekuatan. Bunga sritaman atau bunga setaman melambangkan keharuman cita-cita mengarungi bahtera rumah tangga. Baki digunakan sebagai alas dalam wijikan atau memecah telur, mengandung makna jika sudah resmi menjadi suami istri maka segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama.

·            Kedua pengantin berjalan bergandengan kelingking menuju pelaminan, diiringi cucuk ing lampah.
         Kedua mempelai berdiri berdampingan dengan kelingking tangan kiri pengantin pria dikaitkan dengan kelingking tangan kanan pengantin wanita. Dalam posisi kelingking terkait, kedua mempelai berjalan menuju pelaminan.
 Makna :
Bergandengan jari kelingking, melambangkan hubungan dengan orang tua tinggal sedikit.

·            Kacar-kucur atau tampa kaya,
         Pengantin wanita menerima “lambang harta” dari pengantin pria, kemudian diserahkan kepada Ibu pengantin putri.

Makna :
Tampa kaya adalah sebuah tahap dimana pengantin pria memberikan ‘lambang harta’ dengan cara dikucurkan pada pangkuan pengantin wanita yang dibawahnya dialasi dengan kain. Tampa kaya mempunyai makna simbolik bahwa seorang pria bertanggung jawab unutk mencukupi kebutuhan keluarganya. ‘Lambang harta’ yang terdiri dari segala macam biji-bijian dan uang logam sebagai simbol rejeki yang melimpah, bunga-bungaan melambangkan keharuman dan kewibawaan nama pengantin sedangkan dlingo bengle sebagai lambang kesehatan. Diusahakan isinya jangan sampai tercecer, karena tercecer melambangkan sikap yang boros. Selanjutnya pengantin wanita menyerahkan ‘lambang harta’ yang sudah diikat kepada Ibunya, hal ini mempunyai makna simbolis wujud bakti seorang anak memberi apabila orang tua membutuhkan.

Tampa kaya mempunyai makna sebagai lambang bahwa sikap seorang wanita seharusnya bersyukur menerima nafkah dari suami sebesar apapun dan mengelolanya dengan benar, cermat dan berhati-hati dan sebagai seorang pria wajib bertanggung jawab akan kehidupan keluarganya, suami tidak boleh curang, semua kekayaan hasil jerih payahnya harus diserahkan kepada istrinya. Serta mempunyai makna pengharapan aliran rejeki yang lancar. Selain itu juga mengandung makna wujud bakti seorang anak kepada ibunya, wujud bakti seorang anak memberi apabila orang tua membutuhkan.

·            Dhahar klimah,
         Pengantin pria membuat nasi yang dikepal sebanyak tiga kali untuk pengantin wanita. Kemudian pengantin wanita memakan nasi kepalan tersebut yang terdiri dari rangkaian sayuran berupa kacang panjang, nasi kuning, telur dadar, kedelai goreng, tempe goreng, abon, dan hati ayam kampung yang dimasak pindang antep.
 Makna :
Dahar Klimah terdiri dari rangkaian sayuran berupa kacang panjang yang menyimbolkan cinta kasih pasangan pengantin sepanjang masa, ditengahnya nasi kuning dengan lauk pauk yang lengkap dengan segala jenis sayuran menyimbolkan harapan pengantin akan limpahan rejeki dengan murah pangan. Lauk ini diantaranya telur dadar, kedelai goreng, tempe goreng, abon serta hati ayam kampung dimasak pindang yang dinamakan pindang antep. Pindang antep ini menyimbolkan kemantapan hati kedua pengantin untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

·            Mapag besan
         Orang tua pengantin wanita menjemput orang tua pengantin pria atau besan di pelataran atau beranda rumah.
Makna:
Melambangkan kerukunan antar keluarga kedua mempelai


·            Sungkeman
          Kedua mempelai berlutut atau jongkok didepan orang tuanya, menyembah.
Makna :
Mempunyai makna simbolik yaitu tanda bakti anak kepada orang tua yang telah membesarkannya hingga dewasa, permohonan anak kepada orang tua supaya diampuni kesalahannya dan memohon doa restu supaya dalam membina bahtera rumah tangga dapat bahagia dan sejahtera. Pengantin pria melepaskan keris yang merupakan lambang kekuatan yang dipakainya ketika sungkeman, hal ini mempunyai makna simbolik penghormatan kepada orang tua., serta sebesar apapun pangkat atau kekuatan yang dimiliki oleh anak, maka dihadapan orangtuanya tidak boleh ditampakkan.

Waaaaah panjaaaang yaaah prosesnya…. Tapi, mempelajari budaya itu merupakan salah satu warisan leluhur yang harus dijaga, lestarikan juga kembangkan meski zaman sudah modern betuul??…..
Namun, karena prosesnya yang panjang,  cenderung pengantin memotong beberapa upacara demi menyingkat waktu dan biaya… temasuk akuuu….. PPPfff….
Wokeeee… lanjut ke sesi busana Pengantin adat Jawa kraton Yogyakarta yuuuk….



BUSANA PENGANTIN




WANITA
Busana pengantin Yogyakarta Kebesaran atau juga dikenal dengan nama Paes Ageng merupakan simbol keagungan budaya kraton Yogyakarta. Busana ini biasanya digunakan saat upacara Panggih atau resepsi. Busana pengantin Yogya memiliki kekhasan pada lembaran dodot kampuh, cinde, dan batik yang melekat erat yang memancarkan keagungan gaya bangsawan. Pengantin wanita mengenakan dodot atau kampuh dengan ragam perhiasan gemerlap seperti Klat Bahu Naga, kalung susun tiga, gelang bumbungan/kono, sepasang cincin, pending, bros pada uket cinde, serta selop tutup beludru bersulam benang emas. 

PRIA
Sama halnya dengan pengantin wanita, pengantin pria juga memakai dodot kampuh, kain cinde, dan kain batik. Selain itu, pengantin pria juga mengenakan kalung susun tiga, klat bahu naga, dan gelang. Tak lupa rangkaian bunga yang dibuat seperti kalung.

Hahahaha… waktu ku ajak adit pakai busana ini di resepsi….dia bilaang  “ entar aku masuk angiin sayaaang… badanku kuruuus ..  (˘_˘")”  
(hingga sekarang, akuw masih berharap bisa mengenakannya.... hiks.. )
Baiklaaah, kita lanjutin ke Riasan Pengantiiin nyooooook……



TATA RIAS PENGANTIN YOGYAKARTA

WANITA
Tata rias wajah dan rambut pengantin Yogyakarta memang unik. Meski mengenakan paes hitam seperti halnya pengantin Solo, namun pengantin Yogyakarta Paes Ageng memasukan warna emas (prada) sebagai penegas paes. Paes memiliki makna yaitu upaya mempercantik diri dan diharapkan dapat membuang jauh-jauh perbuatan buruk dan diharapkan pula pengantin wanita menjadi orang yang shaleh dan dewasa.
Selain paes, pengantin wanita memakai sanggul bokor mengkurep, dengan ronce  bunga gajah ngolig, teplok, dan bunga sritaman. Perhiasan yang digunakan adalah ceplok jebehen sritaman dan bros dua buah, pethat gunungan atau menthul sebanyak 5 buah, centung gelombang serta subang ronyok. Pethat gunungan dan menthul dipasang menghadap ke belakang menjadi simbol peringatan kepada manusia agar memiliki sifat konsekuen. Riasan pengantin wanita dipandang dari depan akan tampak bersinar dan bercahaya. Hal ini menjadi simbol dan harapan agar manusia jangan hanya baik dipandang   depan saja, tapi juga harus dari belakang.

PRIA
Sementara itu, pengantin pria  mengenakan kuluk, ukel ngore (buntut rambut menjuntai) yang dilengkapi sisir dan cundhuk mentul kecil. Sebuah keklasikan yang menjadi simbol keindahan dan keagungan dari kraton Yogyakarta.

Eeiiitss. Nambah ilmu dikiiit lagi yuuuk…
Selain riasa paes agung Yogyakarta untuk penganten, terdapat riasan paes lain loooh mauu tahu.. apa mau tahu bgt?  Udaaaah tahuu aajh yaah… hehehhe
Berikut postingannya…




MACAM-MACAM RIASAN YOGYAKARTA

Corak Paes Ageng atau Kebesaran.
Dipakai pada saat upacara Panggih Pengantin yang dikaitkan dengan acara andralina atau pesta resepsi. Busana yang dikenakan adalah dodot atau kampuh lengkap dengan perhiasan khusus. Dulu busana ini hanya boleh dipergunakan untuk sultan / anggota keluarga keraton.  nyaang ituloooh busana dipakai mba dian sastro... kakak angkatku  hihihi 
 

 



Corak Paes Ageng Kanigaran
Tata Rias serta busana Pengantin Kanigaran sama dengan Paes Ageng, yaitu mengenakan kain dodot namun jika pada Busana dodot Paes Ageng pengantin tidak mengenakan baju, disini Pengantin mengenakan beskap dan kebaya beludru.


Corak Pengantin Jangan Menir
Dahulu, busana ini di kenakan pada saat upacara Boyongan, yaitu saat Pengantin Putri boyongan ( pindah) ke kediaman Pengantin Pria, biasa sehari setelah Upacara Perkawinan di lakukan.
Riasan dari Jenis Busana ini sama dengan riasan Paes Ageng Kanigaran. Busana yang di kenakan berupa Beskap dan Kebaya beludru bedanya hanya diwarna kebaya beludru yaitu berwarna merah di lengkapi dengan perhiasan yang khas dengan kain cinde merah sebagai bawahan nya



Corak Pengantin Jogja Putri
Busana yang dikenakan adalah sepasang busana Beludru dengan kain pengantin sebagai bawahan nya, seperti motif Sidomukti, Sidoasih, Sidoluhur, Semen Romo,dll
Tata Rias pengantinWanita pada corak Jogja Putri memiliki ciri khas, sanggul cemara, dengan di hias bunga jebehan merah serta perhiasan satu buah cunduk mentul dan gunungan di atas sanggul.


Corak Kesatrian Ageng
Busana pada corak ini hampir sama dengan corak pengantin Jogja Putri, namun untuk busana Pengantin Pria berupa Surjan yaitu baju panjang yang terbuat dari kain sutra motif bunga polos.

Corak Kesatrian
Corak kesatrian dipergunakan sebagai busana pengantin yang sangat sederhana terdiri dari kebaya panjang dan selop polos.

Atuuh sekarang udah banyak modifikasinya seperti kebaya yang digunakan sudah bukan berbahan beludru lagi tapi, bahan lace paris / hycon , sirinity dll seperti model-model sekarang yg lebih digandrungi.
Yang jelas, Aku cinta Budayaku, tanah kelahiran orangtuaku Jawa, dan Indonesia… 
 






Komentar

Postingan Populer