Kemewahan Tradisi Pernikahan di Minangkabau




Setelah kita bahas dikit-dikit tentang tradisi jawa, mari kita mampir ke bagian Indonesia lainnya yakni, Sumatera Barat.. nah, meski jauuh di mato letaknya, bukan berarti kita tak kenal atuuh… Jadi kita pelajari lagi salah satu seni budaya satu ini tak apa yaah…  :)
Sejauh yang ku tau nii.. bahwa tata cara perkawinan disana antara luhak adat satu dengan lainnya itu berbeda, terlebih antara nagari yang sama dalam satu luhakpun beda. Namun, seiring dengan waktu, urang-urang sudah mulai mau menerima  tata cara dari nagari / luhak adat lainnya khususnya bagi penduduk rantau….
Gimana, tertarik kaan ingin belajar dan minimal mengetahui budaya kita sendiri, berikut ini  adalah cara-cara juga adat yang umunya dilakukan dari sebelum dan setelah acara pernikahan ;


1.       MERESEK
Proses awal ini bisa disebut juga sebagai penjajakan /PDKT. Bedanya niih, yang bertugas melakukan pendekatan adalah para wanita yang telah berpengalaman guna memastikan apakah calon pria tsb cocok untuk si mempelai wanita atau tidak. Proses ini bisa dilakukan secara berulang-ulang hingga terjadi kesepakatan antar dua belah pihak.  Kalau zaman dulu, para calon mempelai tuh suka dijodohin yah ternyata… hihihi, bedanyoooo sama yang sekaraaang… calon pengantin dah mandiri tuk mencari sendiri   (┌'o')┌


2.       MAMINANG / BATIMBANG TANDO (BERTUKAR TANDA)
Ketika pihak wanita merasa sreg maka, keluarga calon wanita mendatangi kediaman calon pria untuk meminang.  Keluarga calon wanita biasanya membawa sirih pinang yg tersusun rapih dalam canaro (tas trbuat dari daun pandan) sebagai symbol makna & harapan, serta membawa kue-kue yang manis. Supaya dalam pertemuan yang tersimpan adalah hal-hal yang manis-manis & kan selalu diingat. Setelah proses pinangan diterima, dilanjutkan ke batimbang tando, benda yang ditukarkan berupa benda-benda yang memiliki sejarah penting bagi dua pihak keluarga dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Abis itu, baru deh mulai membahas tata cara penjemputan calon pria.. ( kalo disumbar, pria layaknya putri raja yaach…. )



3.       MAHANTA SIRIAH / MINTA IZIN
Baik calon pria maupun wanita saling meminta izin / restu kepada keluarga / saudara mereka masing-masing. Termasuk mamak, kakak, kluarga dari bapak/ mamaknya  diwakili kerabat wanita yang telah menikah dengan mengantar sirih. Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (sekarang digantikan dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai wanita, untuk ritual ini mereka akan menyertakan sirih lengkap. Ritual ini ditujukan untuk memberitahukan dan mohon doa untuk rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul beban dan biaya pernikahan sesuai kemampuan. Alhamdulilaah y sesuatu, beda dikit sama proses adatku yaa..



4.       BABAKO-BABAKI
Pada ritual ini, Pihak keluarga ayah dari calon pengantin wanita (disebut bako) ingin ikut membantu dana untuk pernikahan sesuai kemampuan dimana proses berjalan selama beberapa hari sebelum akad nikah. Yup, lagi-lagi niih perlengkapan yang disertakan berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), barang-barang yang diperlukan calon mempelai wanita seperti seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya ( hmm.. mirip seserahan yaa.. (˘̩̩̩^˘̩̩ƪ)  ). Sesuai tradisi, calon mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian para tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita diarak kembali ke rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam barang bantuan tadi.  



5.       MALAM BAINAI
Naah kalo bagian ini mirip dengan ritual  Jawa  Siraman & Midodareni. Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita yang dimana berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air berisi tujuh macam kembang nanharum, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai, dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah dan bersunting rendah dibawa keluar dari kamar dengan diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh dan kedua orang tua terdengar mengharukan yaa... Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai… bak bidadari macam semalaman kaan…


6.       MANJAPUIK MARAPULAI
Bagi adat minang, proses ini yang paaaliiiing penting yakni, Acara penjemputan calon pengantin pria kerumah wanita untuk melangsungkan akad nikah dimana dilanjutkan dengan member gelar untuk pengantin pria sebagai tanda sudah dewasa. Apa lagi hayooo? Hihihi… Gak boleh ketinggalan ma yang namanya Sirih lengkap dari keluarga wanita untuk keluarga pria karena menandakan kesopanan tata krama (adat). pakaian pengantin pria lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk daerah pesisir Sumatra Barat biasanya juga menyertakan payung kuning, tombak, pedang serta uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan. Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.
Jadi teringat dengan prosesi meminang di negeri India… bedanya wanita yang diarak dengan berbagai bawaan dimana banyak & besarnya bawaan melambangkan latar belakang calon prianya… betul..betul…?


7.       PENYAMBUTAN DIRUMAH ANAK DARO


Pastinyaaa meriaaah eeuy… dimana Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari Gelombang Adat Timbal Balikyang dilakukan oleh pemuda2 berpakaian silat serta disambut para dara berpakaian adat menyuguhkan sirih lengkap dengan diiringi bunyi musik tradisional khas Minang yakni talempong dan gandang tabuk. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat berlangsungnya akad.



8.       TRADISI USAI AKAD NIKAH
Ada lima acara adat minang yang lazimnya dilaksanakan, yakni; 
  • Mamulangkan Tando,  setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji sewaktu lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.
  • Malewakan Gala Marapulaimengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan kedewasaan yang disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik mamak kaumnya.
  • Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening,  pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka satu sama lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah itu kening pengantin akan saling bersentuhan. Artinya apa yaa.. mungkin bertanda hubungan sudah halal jadi boleh bersentuhaan hihihihi ngarang.com
  • Mangaruak Nasi Kuniang,  prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu saling menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut mengambil daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.
  • Bamain Coki,   Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur yang dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma. Permainan ini bermakna agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar tercipta kemesraan. Haaaaaih… kalo biar mesra ga perlu main catuur atuuh y ga adiitku..



 
TATA RIAS PENGANTIN MINANGKABAU - MINANG PESISIR

PENGANTIN WANITA
Suntiang, sebagai kekhasan pengantin Minangkabau Pesisir yang berasal dari daerah Padang/ Pariaman. Kembang-kembang suntiang ini umumnya bertingkat dengan ganjil dimulai dari tujuh tingkat hingga sebelas tingkat. Ada juga suntiang bertingkat mulai dari tiga hingga lima yang biasanya digunakan untuk pendamping pengantin atau dikenal juga dengan sebutan Pasumandan. Namun karena alasan kepraktisan dan menyesuaikan dengan bentuk wajah, kini tingkatan pada Suntiang dipertahankan ganjil namun jumlah tingkatannya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan si pengantin. 
Keindahan Suntiang diawali dengan susunan kembang goyang yang digunakan oleh tiap pengantin wanita. Pada lapisan bawah Suntiang digunakan kembang goyang yang dinamakan Bungo Sarunai yang terdiri dari tiga hingga lima deretan. Lapisan kedua digunakan kembang goyang yang dinamakan Bungo Gadang yang juga terdiri dari tiga hingga lima deretan. Terletak paling atas adalah Kambang Goyang dengan hiasan-hiasan lainnya yang disebut Kote-kote.
Di bagian belakang sanggul terdapat Tatak Kondai dan Pisang Saparak yang menutupi sanggul bagian belakang. Sedangkan di dahi pengantin wanita terdapat Laca, dan Ralia di bagian telinga. .


PENGANTIN PRIA
Pengantin pria dari Padang/ Pariaman menggunakan destar saluak ikek, kopiah dari kain beludru berwarna yang ditambah ornamen pilinan logam berwarna kuning emas. 







BUSANA PERNIKAHAN ADAT MINANGKABAU


PENGANTIN WANITA

Untuk semua luhak adat dan nagari, baju pengantin tradisional yang digunakan wanita umumnya berupa baju kurung dengan model menutup seluruh tubuh dengan panjang rata-rata di bawah lutut. Kecuali busana pengantin khas Padang Magek Tanah Datar yang panjangnya lebih pendek yaitu sedikit di bawah garis pinggang. Baju kurung pada zaman dahulu menggunakan model jahitan Siba yaitu dibuat agak lebar dan mengembang pada bagian pinggangnya agar mudah memasukkannya ke tubuh melalui kepala lalu ditarik bagian bawahnya hingga dapat melalui pinggul karena dahulu masih belum banyak menggunakan restleting.

Baju kurung ini pun bervariasi bahannya mulai dari kain beludru, songket, satin, sutera, kain rubia, brokat maupun Sari India. Dari cara pembuatannya, terdapat empat macam baju kurung, yaitu baju kurung Batabue dengan hiasan dari lempengan payet berwarna emas, baju kurung Balapak yang terbuat dari kain songket dengan tenunan benang emas, baju kurung Basulam dengan sulaman benang warna warni yang menarik dan baju kurung Batarawang dengan melubangi kain dengan pola tertentu.

Baju pengantin wanita tidak lengkap tanpa kehadiran kain songket dan Suntiang sebagai aksesorisnya. Kain songket sebagai kain khas dari Minangkabau ini dengan hiasan tenunan dari benang emas digunakan sebagai penutup bagian bawah tubuh. Selain kain songket, untuk gaya pesisir Padang/ Pariaman digunakan juga selendang Tokah sepanjang tiga meter yang dipakai menyilang di dada dan kedua ujungnya berumbai-rumbai jatuh ke punggung. Perhiasan yang dikenakan di leher pengantin wanita adalah Kalung Cakiak, Kalung Rago-rago, dan Kalung Gadang. Di tangan, dihiasi dengan gelang Gadang, Gelang Manangah dan gelang Rago-rago. Sepasang cincin menghiasi jari manis.
Rameee beneer… kalo orangnya agak hematbgt tinggi & porsi badannya gimana yaa 


PENGANTIN PRIA

Saat ini pakaian pengantin yang sering digunakan pria adalah pakaian model roki yang telah dimodifikasi menjadi model pantalon. Aslinya, baju pengantin pria Minangkabau pesisir begitu menyerupai pakaian matador. Celana menggantung hingga lutut dan bagian kakinya yang terbuka dipasangi kaus kaki panjang warna putih.

Pada bagian jasnya dadanya terbuka dan bagian dalamnya menggunakan rompi dengan ikatan tali ke punggung. Pada bagian pinggang digunakanlah kain samping dari bahan songket balapak yang warna serta ornamennya disesuaikan dengan songket balapak yang digunakan oleh pengantin wanita. Tak lupa keris yang disebut Karih diselipkan di bagian depan pria dan Kalung Bulan Sabit di leher. Pengantin pria mengenakan selop tutup bersulam sama dengan busana yang dipakai.
Gambarannya seperti bajak lauut yaah… kalo adiit yang pakee.
 

 

Komentar

Postingan Populer